BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai
tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi siswa
agar mampu mengembangkan potensinya secara maksimal. Untuk memperoleh hasil
maksimal pada pembelajaran IPS salah satu faktor penentunya adalah hasil
belajar IPS siswa yang baik. Oleh karena itu, guru harus menyadari betapa
pentingnya meningkatkan hasil belajar IPS pada setiap siswanya. Sesuai dengan
pendapat Dalyono (2005: 57) bahwa hasil belajar yang besar cenderung
menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya hasil belajar kurang akan
menghasilkan prestasi yang rendah.
Salah
satu pernyataan dalam teori Ausubel (dalam Trianto, 2007 : 94) adalah bahwa
faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah
diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka
konsep baru harus dikaitkan dengan konsep yang ada dalam struktur kognitif
siswa.
Pemetaan
konsep menurut Martin (1994) (dalam Trianto, 2007: 157), merupakan inovasi baru
yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam
kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu
mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Para guru yang telah menggunakan
peta konsep menemukan bahwa peta konsep memberi mereka basis logis untuk
memutuskan ide utama apa yang akan dimasukkan atau dihapus dan rencana-rencana
dan pengajaran sains mereka. Peta konsep membantu guru memahami macam-macam
konsep yang ditanamkan di topik lebih besar yang diajarkan. Pemahaman ini akan
memperbaiki perencanaan dan instruksi guru. Pemetaan yang jelas dapat membantu
menghindari miskonsepsi yang didesain siswa. Tanpa peta konsep guru memilih
untuk mengajar apa yang diingat atau disukai. Topik-topik yang dipilih guru
dengan cara ini mungkin tepat, khususnya bagi para guru yang telah memiliki
pengalaman sukses sebelum ini dengan materi tersebut.
Berdasarkan
pengamatan awal penulis di Kelas IV SD Negeri 001 Minas, terdapat gejala-gejala,
seperti: 1) hasil siswa dalam belajar kurang, 2) siswa suka keluar masuk kelas
selama proses belajar belajar mengajar, 3) interaksi antar siswa kurang, dan
apa yang disajikan guru sulit untuk dimengerti atau dipahami, dan 4) hasil
belajar cenderung rendah, siswa yang tidak mencapai ketuntasan KKM 65 sebanyak 12
siswa (46,15%), dan siswa yang tuntas pada pembelajaran IPS sebanyak 14 siswa (53,85%),
seperti pada tabel berikut:
Tabel 1.1
Ketuntasan KKM Pelajaran IPS Kelas IV
SDN 001 Minas Barat
Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011
No.
|
Jumlah Siswa
|
%
|
Kriteria
|
1
2
|
14
12
|
53,85
46,15
|
Tuntas
Tidak Tuntas
|
|
26
|
100
|
-
|
Dari gejala di atas dapat dilihat yang
menjadi akar permasalahan adalah siswa kurang berhasil mengikuti kegiatan
pembelajaran dan masih menggunakan cara hapalan dalam belajar.
Sehubungan dengan hal di atas, maka penulis
mengangkatnya menjadi penelitian dengan judul: Penerapan Strategi Peta Konsep untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa
Kelas IV SD Negeri 001 Minas Barat Kabupaten Siak.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: Apakah
dengan penggunaan strategi belajar peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pembelajaran IPS di Kelas IV SD Negeri 001 Minas Kabupaten Siak?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas
IV dengan menggunakan strategi belajar peta konsep di Kelas IV SD Negeri
001 Minas Kabupaten Siak.
D.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Bagi siswa, hasil penelitian
ini merupakan kontribusi positif bagi siswa sebagai suatu alternatif untuk
meningkatkan hasil belajar, terutama
dalam strategi peta konsep pada pembelajaran IPS.
2. Bagi guru, untuk meningkatkan
interaksi belajar dengan mencari alternatif pemecahan masalah dalam
pembelajaran IPS.
3. Bagi sekolah, temuan penelitian
ini dapat dijadikan pencerahan kegiatan pembelajaran dan meningkatkan kualitas
hasil pembelajaran IPS di SD Negeri 001 Minas.
4. Bagi peneliti, untuk
mempertajam wawasan peneliti tentang pembelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran peta konsep secara lebih variatif.
E.
Defenisi
Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini,
yaitu:
1.
Peta konsep adalah
ilustrasi grafis konkret yang menggambarkan sebuah konsep tunggal dihubungkan
ke konsep lain pada kategori yang sama, dengan langkah-langkah berikut: (1)
mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep, (2)
mengidentifikasi ide atau konsep sekunder yang menunjang ide utama, (3)
menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut, (4)
mengelompokkan ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual
menunjukkan hubungan ide tersebut dengan ide utama.
2.
Hasil penerapan
belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran metode
kerja kelompok pada materi perkembangan teknologi.
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Pengertian
Strategi Peta Konsep
Secara umum strategi mempunyai pengertian
suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Trianto, 2007:
85).
Strategi belajar mengacu pada perilaku dan
proses berpikir yang diterapkan oleh siswa dalam mempengaruhi hal yang
dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif. Pressley dalam Trianto
(2007: 85) mengatakan bahwa strategi belajar adalah operator kognitif terdiri
atas proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas
(belajar). Strategi tersebut merupakan strategi yang diterapkan siswa untuk
memecahkan masalah belajar tertentu.
Untuk menyelesaikan tugas belajar siswa
memerlukan keterlibatan dalam proses berpikir dan perilaku, menskim atau
membaca sepintas lalu judul utama, meringkas, dan membuat catatan, di samping
itu juga memonitor jalan berpikir diri sendiri.
Sedangkan, Sulityono dalam Trianto (2007: 86)
mendefinisikan strategi belajar sebagai tindakan khusus yang dilakukan oleh
seseorang untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami
secara langsung, lebih efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang
baru.
Dengan kata lain, strategi belajar adalah
suatu strategi belajar yang mengacu pada perilaku dan proses berpikir siswa
yang diterapkan pada saat menyelesaikan tugas belajar.
Ada beberapa pengertian tentang konsep
menurut para ahli, diantaranya adalah menurut Soejadi (dalam Basuki 2000) yang
mendefinisikan konsep adalah ide abstrak yang dapat diterapkan untuk mengadakan
klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah
atau rangkaian kata. Sedangkan menurut Gagne (dalam Ruseffendi, 1988)
pengertian konsep dalam matematika sebagai ide abstrak yang memungkinkan kita
mengelompokkan obyek-obyek kedalam contoh dan bukan contoh. Sementara itu
Hudojo, et al (1988) menyatakan bahwa konsep sebagai suatu ide/gagasan yang
didesain dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar yang
cocok.
Dari pengertian konsep yang telah diuraikan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide abstrak untuk
mengklasifikasikan obyek-obyek yang biasanya dinyatakan dengan dalam istilah
kemudian dituangkan ke dalam contoh dan bukan contoh.
Dengan penguasaan konsep yang baik, maka
manusia bisa memperoleh ilmu pengetahuan yang tidak terbatas. Oleh karena itu
konsep sangatlah penting bagi manusia karena selain sebagai alat untuk
berkomunikasi dengan sesamanya juga merupakan alat dalam belajar untuk
penguasaan materi. Dengan pembuatan peta konsep ini diharapkan para siswa bisa
memiliki konsep-konsep pengetahuan sehingga siswa bisa lebih mudah dalam
belajarnya.
Menurut Hudojo, et al. (2002:24) peta konsep
adalah saling keterkaitan antara konsep dan prinsip yang direpresentasikan
bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan konsep hasil
konstruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut Suparno (dalam
Basuki, 2000: 9) peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan
suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. Peta
konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga
menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep
tersebut dapat diterapkan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif dan
prinsip penyesuaian integratif.
Menurut Djamarah dalam Trianto (2007: 158)
bahwa konsep atau pengertian merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk
menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya
berdasarkan kesamaan ciri-ciri dan sekumpulan stimulus dan objekobjeknya.
Carrol dalam Trianto (2007: 158)
mendefinisikan:
“Konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian
pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian.
Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi
tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang
lain. Contoh, bila sesorang ingin membuat gambaran daun, ia memusatkan pada warna
daun dan mengabaikan bahwa daun sebagai habitat ulat daun”.
Berdasarkan uraian di atas, kiranya dapat
diperoleh gambaran yang jelas tentang kedudukan konsep dalam struktur ilmu
pengetahuan khususnya dalam setiap disiplin ilmu sosial sebagai sumber utama
Ilmu Pengetahuan Sosial, sebab seperti dikemukakan oleh Smith dan Ennis dalam Wahab (2007: 127), mengatakan bahwa
adapun yang dimaksud dengan konsep, ialah kumpulan pengertian abstrak yang
berkaitan dengan simbol untuk kelas dan suatu benda, kejadian atau gagasan.
Konsep bersifat abstrak berisi pengertian yang tidak berhubungan dengan suatu
contoh khusus daripada kelas tetapi dengan semua kelas yang mungkin. Di samping
itu konsep itu bersifat subyektif dan diinternalisasi. Dengan demikian, maka
tiap orang memdesain konsep sendiri, melalui pengalaman, misalnya mengamati
contoh, mendengar diskusi tentang arti atau atribut. Oleh sebab itu maka konsep
bukan suatu verbalisasi tetapi lebih bersifat pemahaman abstrak tentang atribut
umum suatu kelas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
untuk dapat menguasai konsep seseorang harus mampu membedakan antara benda yang
satu dengan benda yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain.
Dengan menguasai konsep siswa akan dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut
konsep itu, misalnya menurut warna, desain, besar, jumlah, dan sebagainya.
Dengan demikian konsep itu sangat penting bagi siswa dalam berpikir, dan dalam
belajar. Dengan menguasai konsep, dimungkinkan untuk memperoleh pengetahuan
yang tidak terbatas.
Adapun yang dimaksud peta konsep adalah
ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal
dihubungkan ke konsep lain pada kategori yang sama (Martin dalam Trianto, 2007:
159). Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar dalam Trianto (2007: 159), mengemukakan
ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
1.
Peta
konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep dan
proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi Fisika, Kimia,
Biologi, Matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang
studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
2.
Suatu
peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu
bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-
proporsional antara konsep.
3.
Tidak semua konsep mempunyai bobot
yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep yang
lain.
4.
Bila
dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif
terdesainlah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.
Berdasarkan ciri tersebut di atas, maka
sebaiknya peta konsep disusun secara hirarki, artinya konsep yang lebih
inklusif diletakkan pada puncak peta, makin ke bawah konsep diurutkan menjadi
konsep yang kurang inklusif. Dalam Pendidikan IPS peta konsep membuat informasi
abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep
pembelajaran, dan menunjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai desain.
B.
Langkah-Langkah
Strategi Pembelajaran Peta Konsep
Pembuatan peta konsep dilakukan dengan
membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide penting
atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. Posner dan Rudnitsky
dalam Trianto (2007:160) menulis, bahwa “peta konsep mirip peta jalan, namun
peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide, bukan hubungan antar
tempat”. Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi
ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide tersebut dalam
suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki,
kadang-kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab-akibat.
Arends dalam Trianto (2007:160), memberikan
langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut:
Langkah
1 Mengidentifikasi ide pokok atau
prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Contoh ekosistem.
Langkah
2 Mengidentifikasi ide atau konsep
sekunder yang menunjang ide utama. Contoh individu, populasi, dan komunitas.
Langkah
3 Tempatkan ide utama di tengah atau di
puncak peta tersebut.
Langkah
4 Kelompokkan ide sekunder di
sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide tersebut
dengan ide utama.
Berdasarkan pendapat di atas, dapatlah
dikemukakan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut: (1)
memilih suatu bahan bacaan, (2) menentukan konsep yang relevan, (3) mengurutkan
konsep dan yang inklusif ke yang kurang inklusif, (4) menyusun konsep tersebut
dalam suatu bagan, konsep yang inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak
peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung misalnya “terdiri atas”,
“menggunakan” dan lain-lain.
Langkah-langkah berikut dapat dilakukan guru
dan siswa dalam menggunakan pembelajaran konsep (Gimin, dkk., 2008:28):
1) Memilih dan mengindentifikasi satu
konsep yang akan diajarkan
2) Memilih ciri-ciri dan contoh-contoh dari
konsep itu
3) Menentukan contoh-contoh yang berhubungan dan
yang tidak berhubungan
4) Memperkenalkan semua proses tersebut kepada
siswa
5) Memaparkan contoh-contoh dan daftar
ciri-cirinya
6) Menentukan definisi konsep
7) Memberikan contoh-contoh lain
8) Mendiskusikan proses tersebut dengan siswa
9) Memberikan evaluasi
Model peta konsep yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah peta konsep laba-laba.
C.
Macam-Macam
Peta Konsep Laba-Laba
Nur dalam Trianto (2007:161) mengatakan bahwa
peta konsep ada empat macam, yaitu pohon jaringan, rantai kejadian, peta konsep siklus, dan peta konsep laba-laba.
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk
curah pendapat. Melaukan curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide
sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk.
Banyak dari ide-ide dan ini berkaitan dengan ide sentral itu, namun belum tentu
jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hasl-hal berikut: (a) tidak
menurut hirarki, (b) kategori yang tidak paralel, (c) hasil curah pendapat oleh
Trianto (2007:164). Contoh peta konsep laba-laba dapat dilihat pada gambar
berikut:
D. Pengertian
Hasil Belajar
Djamarah (2002: 13) mengatakan belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hail dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Cronbach dalam Ahmadi dkk., (2004: 127), mengemukakan bahwa: “Belajar
yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang
berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat
indranya.”
Sementara itu, Howard L. Kingskey dalam
Ahmadi dkk., (2004: 127) menyatakan bahwa: “Belajar adalah proses di mana
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan.” Pengertian hasil belajar dapat
dianalogkan dengan wujud ideal dan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditentukan, dan ditandai dengan belajar tuntas.
Gordon (dalam E. Mulyasa, 2004:38-39) menjelaskan
alasan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi
sebagai berikut.
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Pemahaman (understanding)
3. Kemampuan (skill)
4. Nilai (value)
5. Sikap (attitude)
6. Hasil (interest)
Berdasarkan uraian tersebut dalam
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah seperangkat soal yang berhasil dijawab
peserta didik. Perangkat soal itu sendiri mencakup ranah : (1) pengetahuan, (2)
pemahaman, (3) kemampuan, (4) nilai, (5) sikap, dan (6) hasil. Muhibbin Syah
(1995:150) mengatakan hasil belajar pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar
ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman
dan proses belajar mengajar siswa.”
Kesimpulannya, hasil belajar
berdasarkan pandangan tersebut merupakan kristalisasi dan penguasaan soal dan
segenap ranah kompetensi peserta didik. Artinya, penguasaan soal mi diasumsikan
sebagai pengungkapan hasil belajar ideal yang dicapai dalam rentang waktu
tertentu. Dikatakan dalam rentang waktu tertentu karena hasil belajar dilakukan
melalui penilaian kelas. Sedangkan penilaian kelas dilakukan dengan ulangan
harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Mulyasa (2004: 104) mengatakan penilaian
kelas dilakukan oleh guru, “untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta
didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan batik untuk perbaikan
proses pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas.”
Kesimpulannya, hasil belajar
dapat diukur sebagai perwujudan kemajuan belajar yang dilakukan melalui ulangan
harian, ulangan umum, dan ulangan akhir.
E. Hubungan
Pembelajaran Peta Konsep dengan Hasil belajar IPS
Hubungan antara Pembelajaran Peta Konsep
dengan pembelajaran IPS adalah saling keterkaitan karena Peta Konsep adalah
merupakan suatu alat atau cara yang digunakan untuk mentransper pembelajaran
IPS agar dapat dengan mudah diterima oleh siswa, sehingga apa yang menjadi
tujuan dari pembelajaran IPS dapat dimiliki dan dipahami oleh siswa. Dalam kata
lain IPS adalah sebagai inputnya pembelajaran Peta Konsep sebagai prosesnya dan
perilaku siswa sebagai output.
F.
Hipotesis
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini
yaitu: “Jika diterapkan strategi pembelajaran peta konsep maka dapat
meningkatkan hasil belajar IPS siswa Kelas IV SD Negeri 001 Minas Barat
Kabupaten Siak Tahun Pelajaran 2010/2011.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar