BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Secara umum,
wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu dan sebagai perencana.
Sebagai penemu, wirausaha menemukan dan menciptakan produk baru, teknologi dan
cara baru, ide-ide baru, dan organisasi usaha baru. Sedangkan sebagai
perencana, wirausaha berperan merancang usaha baru, merencanakan strategi
perusahaan baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam perusahaan, dan
menciptakan organisasi perusahaan baru.
Ide akan menjadi
peluang apabila wirausaha bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara
terus-menerus melalui proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda,
mengamati pintu peluang, menganalisis proses secara mendalam, dan
memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang wirausaha
harus memiliki berbagai kemampuan dan pengetahuan seperti kemampuan untuk
menghasilkan produk atau jasa baru,
menghasilkan nilai tambahan baru, merintis usaha baru, melakukan proses atau
teknik baru, dan mengembangkan organisasi baru (Suryana, 2003: 3).
Ilmu kewirausahaan
adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan
perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang
dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut
Thomas W. Zimmerer (1996) dalam Suryana (2003: 7) bahwa “Kewirausahaan adalah
hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar”.
Dilihat dari
perkembangannya, sejak awal abad ke-20 kewirausahaan sudah diperkenalkan di
beberapa negara. Misalnya di Belanda dikenal dengan “ondernemer”. Di
Jerman dikenal dengan “unternehmer”. Di beberapa negara, kewirausahaan
memiliki banyak tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan
yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial,
penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan,
pemasangan iklan, dan lain-lain.
Kemudian pada tahun
1950-an pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara seperti di
Eropa, Amerika, dan Canada. Bahkan sejak tahun 1970-an banyak universitas yang
mengajarkan “entrepreneurship” atau “small business management”
atau ”new venture management”. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di
Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan
kewirausahaan masih terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi
tertentu saja.
Selain lembaga
pendidikan menengah umum, di Kota Pekanbaru terdapat lembaga pendidikan kejuruan.
Salah satu di antaranya adalah SMK Negeri 3 Pekanbaru. Sekolah ini merupakan
salah satu bentuk pendidikan sekolah (formal) yang dipersiapkan untuk dapat
menjadi tenaga kerja tingkat menengah, terampil dan mandiri serta dapat juga
menciptakan peluang kerja dengan memanfaatkan ilmu keterampilan yang telah
dipelajari di SMK Negeri 3 Pekanbaru. Pendidikan yang diperoleh terdiri dari
program umum 20% dan program kejuruan 80%. Dari program kejuruan ini diberikan
dalam bentuk teori kejuruan dan praktek keterampilan kejuruan, dan bekal inilah
diharapkan untuk membentuk sikap kewirausahaan.
SMK Negeri 3 Pekanbaru adalah lembaga pendidikan lanjutan dari sekolah
menengah tingkat pertama, yang mempersiapkan siswinya menjadi tenaga kerja yang
memiliki pengetahuan keterampilan dan sikap sebagai juru penyuluh di jurusan
mereka masing-masing. SMK Negeri 3 Pekanbaru terdiri dari 4 jurusan, yaitu:
1)
Jurusan Tata Boga
2)
Jurusan Tata Busana
3)
Jurusan Tata Kecantikan
4)
Jurusan Akomodasi Perhotelan
Secara jelas dan tegas bahwa tujuan pendidikan meliputi tiga unsur yang
saling berkaitan, yaitu: 1) Kepribadian yang tercermin dalam watak dan sikap
seorang wirausaha, 2) Keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan bagi
wirausaha, 3) Lingkungan yang menunjang kewirausahaan.
Secara teknis siswa SMK Negeri 3 Pekanbaru dalam jangka waktu tertentu
dikirim ke dunia industri (DUDi) untuk bekerja pada jenis profesi tertentu yang
sesuai dengan bidang studinya. Dengan modal ini, maka siswa akan lebih familiar
terhadap dunia kerja, sehingga setelah lulus akan lebih mudah beradapatasi
karena berbekal keahlian profesi yang pernah didapatkan dari dunia kerja.
Bagi SMK Negeri 3 Pekanbaru yang dimaksud pendidikan keterampilan adalah
praktek kejuruan, melalui pendidikan praktek keterampilan dapat menghasilkan
tenaga kerja yang mampu membangun dirinya sendiri, juga diharapkan mempunyai
keberanian membuka usaha sendiri sesuai dengan pengalamannya. Sehubungan dengan
hal-hal tersebut di atas dan sesuai dengan pengamatan penulis selama ini
terlihat gejala-gejala seperti:
1)
Kenyataan setelah lulus Siswi
Jurusan Busana SMK Negeri 3 Pekanbaru tidak ada minat berwirausaha (Yunizar,
2004).
2)
Siswi jurusan Busana SMK Negeri 3
Pekanbaru yang sudah tamat tidak siap berkarir dalam dunia wirausaha.
3)
Siswi SMK Negeri 3 Pekanbaru yang
sudah tamat belum berani membuka usaha sendiri sesuai dengan jurusan yang
dimilikinya.
Berdasarkan permasalahan dan gejala-gejala di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pemikiran kewirausahaan siswi SMK Negeri 3
Pekanbaru.
1.2. Identifikasi Masalah
1.2.1.
Apakah pemikiran kewirausahaan
siswi jurusan Busana masih kurang?
1.2.2.
Apakah siswi jurusan Busana
sudah menghayati kegiatan kewirausahaan secara kreatif?
1.2.3.
Apakah pemikiran kewirausahaan
siswi jurusan Busana sudah kritis menghadapi dunia kerja?
1.2.4.
Apakah ada kaitan pemikiran
kewirausahaan dengan Pendidikan Luar Sekolah?
1.3. Pembatasan Masalah
1.3.1.
Subjek penelitian ini adalah
pemikiran kewirausahaan siswi jurusan Busana pada SMK Negeri 3 Pekanbaru.
1.3.2.
Objek Penelitian ini adalah
siswi jurusan Busana yang sedang duduk di kelas III. B1 pada SMK Negeri 3
Pekanbaru.
1.3.3.
Fokus penelitian ini adalah pemikiran kewirausahaan siswi
jurusan Busana pada SMK Negeri 3 Pekanbaru, yang meliputi: 1) Keinginan yang
kuat untuk berdiri sendiri, 2) Kemauan untuk mengambil risiko, 3) Kemampuan
untuk belajar dari pengalaman, 4) Memotivasi diri sendiri, 5) Semangat untuk
bersaing, 6) Orientasi pada kerja keras, 7) Percaya pada diri sendiri, 8)
Dorongan untuk berprestasi, 9) Tingkat energi yang tinggi, 10) Tegas, 11) Yakin
pada kemampuan sendiri, 12) Tidak suka uluran tangan dari pemerintah (pihak
lain di masyarakat), 13) Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak
menyerah pada alam, 14) Kepemimpinan, 15) Keorisinilan, 16) Berorientasi ke
masa depan (penuh gagasan).
1.4. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah pemikiran kewirausahaan siswi jurusan Busana pada SMK Negeri 3 Pekanbaru?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui tingkat pemikiran kewirausahaan siswi jurusan Busana
pada SMK Negeri 3 Pekanbaru.
1.6. Kegunaan penelitian
Temuan penelitian ini akan dapat berguna sebagai :
1.6.1. Informasi data bagi SMK Negeri 3
Pekanbaru dan pihak terkait, dalam meningkatkan Manajemen Pendidikannya,
khususnya dalam mengoptimalkan pemikiran kewirausahaan siswi di sekolahnya.
1.6.2. Merupakan salah satu usaha untuk
memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan penulis dibidang Pendidikan Luar
Sekolah.
1.6.3. Sebagai informasi tambahan bagi
penelitian selanjutnya, yang berminat mengambil bidang yang sama.
1.7. Penjelasan Istilah
Agar tidak timbul keragu-raguan dalam menafsirkan
konsep dan pengertian yang digunakan, istilah penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1.7.1. Pemikiran adalah merupakan aktivitas psikis yang
intensional, dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema (masalah) yang
harus dipecahkan (Abu Ahmadi (2003: 81).
1.7.2. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif
yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk
mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different)
melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang
(Suryana (2003: 1).
1.7.3. SMK Negeri 3 Pekanbaru adalah sekolah menengah
kejuruan tempat di mana berlangsungnya pendidikan formal setara SMA di
Pekanbaru.
1.7.4. Pemikiran kewirausahaan siswi Jurusan Busana
adalah aktifitas mental siswi untuk berwirausaha, yang dapat dilihat dari
aspek, yaitu: keinginan
yang kuat untuk berdiri sendiri, kemauan untuk mengambil risiko, kemampuan
untuk belajar dari pengalaman, memotivasi diri sendiri, semangat untuk
bersaing, orientasi pada kerja keras, percaya pada diri sendiri, dorongan untuk
berprestasi, tingkat energi yang tinggi, tegas, yakin pada kemampuan sendiri,
tidak suka uluran tangan dari pemerintah (pihak lain di masyarakat), tidak
bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada alam, kepemimpinan,
keorisinilan, berorientasi ke masa depan dan penuh gagasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar